468x60 Ads

KEBEBASAN INFORMASI KOMUNITAS ANONYMOUS





Anonymous ialah budaya. “Butuh budaya untuk menghasilkan album, idioms dan ikonografi,” tutur Colleman. Tak heran bila media dan masyarakat kerap bingung. Sebab bila yang dicari adalah organisasi dengan pemimpin maka usaha itu sia-sia. “Memahami Anonymous harus menggunakan pendekatan antropologi,” ujarnya. “Karena di sana juga ada alasan keberagaman, mengapa mereka bisa muncul dari komunitas masyarakat berbeda.”

Colleman memahami Anonymous  tak jauh dari hal-hal aneh, termasuk istilah
lulz, istilah 'korupsi' LOL, singkatan di dunia maya untuk laugh out loud. Lulz ialah konsep abstrak yang perlu dimengerti bila ingin memahami Anonymous.



Alih-alih berteriak, Anonymous menggunakan kata tertawa. Namun ini jenis tawa yang sinis dan mengejek. Di dalamnya tidak terdapat humor yang membuat hidup lebih ringan, sebaliknya jenis humor hitam, kian menyuramkan kondisi. Tawa Lulz keluar dengan rasa sakit, karena itu membuat pemirsa mempertimbangkan lagi soal ketidakadilan, kemunafikan terllepas di ubu mana pun mereka berdiri saat itu.

“Dalam budaya Anonymous, 
lulz ialah alasan untuk bertindak. Anonymous tidak muncul dalam masa yang mudah, melainkan di masa sulit,” ujar Coleman. “Ketika semua berjalan baik, maka semua trickster akan tidur.”

Menyoal sejarah, kehadiran Anonymous tak lepas dari 
4Chan, sebuah forum untuk diskusi tentang anime dan manga (komik jepang). Di situlah awalnya para hacker sering nongkrong dan ngobrol.

Keunikan forum tersebut, user tak perlu mendaftar untuk menjadi anggota. Mereka bisa langsung masuk dan otomatis menjadi peserta. Peserta non-anggota itu akan diberi julukan anonymous. Mereka terutama di sub forum /b/ bisa memposting apa saja, mulai diskusi teknis, pemrograman, barang-barang bajakan, gambar porno, seni, fantasi, hingga makian.
Tak ada rasis tapi sekaligus intes dengan makian macam 'nigger'. Kebebasan berbicara, yang demikian tanpa batas, hingga berujung serapah.. Inilah maksud Colleman, latar beragam sekaligus tak jelas yang mewarnai keanggotaan Anonymous

Postingan di forum 4chan muncul tanpa identitas penulis dan tidak ada arsip yang bisa dilacak.  Format pertemuan internet pada abad ke-21 ini pun melahirkan Anonymous dan hingga kini tetap menjadi induk di mana Anonymous berkumpul.

Pada satu waktu, setelah terlibat dalam sejarah aktivitas tak terekam sedemikian lama dan intens, sub forum /b/ dan Anonymous melewati tikungan. Identitas di dalam net terbagi, terutama dari golongan peretas dengan kemampuan serius, membentuk 
ultra-coordinated motherfuckery (UCM). Apa lagi itu?

Namanya juga kumpulan para hacker, apalagi kegiatan utama bila tidak meretas? UCM ialah modus operasi, yakni  menggunakan teknologi dan internet untuk melakukan kordinasi cepat dengan baik demi  bekerjasama dalam serangan kolektif terhadap target. Bisa hanya untuk iseng-iseng, namun yang pasti tak memberi kesempatan sasaran untuk melihat kedatangan mereka apalagi mempertahankan diri. Dari sana munculah istilah ‘penyerbuan’.


Anonymous : Meretas adalah Misi Hacktivisme




Memasuki akhir 2010 ketika pendiri Wikileaks, Julian Assange, ditangkap, Anonymous mulai lebih serius melakukan serangan . Sebelum itu tipe aksi mereka dipandang iseng-iseng ala 
prankster dengan ulah kejahatan sekadar menyebalkan. Kini ada misi ketika Anonymous melakukan operasi, terlepas dari benar atau salah. Skala operasi mereka pun tak tanggung-tanggung dan grup itu kerap terlibat di isu tingkat internasional.

Salah satu serbuan ikonik ialah ketika Anonymous berhasil meretas situs MasterCard, Visa dan Amazon. Serangan dengan  moto 
Operation Payback, Avange Assange (Operasi Pembalasan Assange) itu dilakukan karena fasilitas keuangan dan situs tadi bekerjasama dengan aparat dan Pemerintah Amerika Serikat, menolak pembayaran dan sumbangan bagi Wikileaks.

Aktivis hak asasi manusia juga mengecam langkah MasterCard dkk yang bahkan membekukan dana yang masuk untuk Wikileaks. Sikap institusi keuangan itu dinilai melanggar hak-hak konsumen. Saking gusarnya, pada 7 Desember 2010, seorang aktivis, Jeff Jarvis lewat akun twitternya, yang juga dikutip banyak media berseru, “Hei Visa, Mastercard, Paypal: Ini UANGKU. BERANINYA kamu mengatur ke mana aku bisa dan tak bisa membelanjakannya.?”

Wikileaks sempat limbung ketika tak bisa lagi menerima sumbangan lewat kartu kredit. Akhirnya mereka mengumumkan bisa menerima donasi dalam bentuk bitcoin, yakni mata uang digital yang hanya berlaku di Deep Weeb. Bitcoin adalah mata uang andalan untuk transaksi narkoba di dunia maya level Deep Weeb. Di level ini bitcoin juga digunakan untuk keperluan mendaftar jadi anggota situs pedofili dan aktivitas haram lainnya.

Begitu menggunakan bitcoin, Wikileaks menjadi kian dekat dengan para peretas, apalagi pendirinya, Julian Assange sendiri ialah seorang peretas kampiun. Bitcoin memang bagian budaya peretas. Keistimewaanya mata uang digital ini tak bisa dilacak karena hanya bisa digunakan lewat akses P2P (peer to peer) di mana para pengguna kerap saling bertukar file apa saja, seperti film bajakan dan materi pornografi.



Serbuan lain yang juga tak kalah penting ialah ketika Anonymous meretas situs raksasa teknologi Jepang, Sony. Akibat serangan itu, Sony harus gigit jari selama lima hari , sebab keuntungan selama itu menguap gara-gara 77 juta pelanggannya tak bisa masuk untuk menikmati fasiltas game online.

Alasannya? Perusahaan teknologi itu menguggat George Hotz ke pengadilan. Kisahnya bermula dari kebijakan Sony untuk mencoret Linux dari daftar OS untuk Playstation (PS3). Dasar hacker, jenius pula, Hotz, 22 tahun, pun gemas dan mengobrak-abrik PS3 hingga bisa digunakan dalam lingkungan Linux. Masalahnya Hotz tak menikmati seorang diri, software gubahannya (
firmware) tadi dibagi lewat blognya untuk diunduh gratis.

Jelas Sony marah. Maka dibuatlah 
patch (tambalan) untuk menonaktifkanfirmware Hotz. Panas, Hotz memutakhirkan lagi firmwarenya. Memberi balasan kedua, Sony pamer otot. Ia melayangkan gugatan hukum. Akhirnya Hotz bisa dibikin diam.

Sony menghentikan langkah hukum setelah Hotz  berjanji di bawah ikatan hukum tak akan ‘berulah’ lagi. Dalam blognya malah terdapat surat gugatan Sony yang bisa dibaca publik. Hotz mengaku tak kuat untuk membayar pengacara bila harus berhadapan dengan Sony.

Sony boleh jadi menang dalam wilayah hukum positif, tapi perusahaan itu tanpa menyadari telah membuat kesalahan serius. Sony diadili di pengadilan lain, bahkan berkali-kali hingga sempat tersungkur. Solidaritas Anonymous terpanggil untuk membela Hotz. Gantian Sony kini diacak-acak oleh legiun peretas tanpa nama tersebut. Menurut perusahaan antivirus F-Secure, situs Sony dibobol hingga 37 kali!

Anonymous memiliki kekuatan riil meski sosok pasti dibalik gerakan mereka tak bisa diindetifikasi. Seorang narasumber dalam film dokumenter 
“We are Legion’ berkata, “Saat ini anda bisa berkata sosok yang paling kuat di muka bumi ialah sekumpulan orang-orang tanpa nama dan tak terikat ruang, berusia 17 hingga 30-an. Mereka ialah kelas para hacker yang berkuasa.”



Namun bisa jadi yang mendekati fakta di lapangan ialah pernyataan satu ini. “Bila anda ingin mengusik dan menggangu kebebasan di internet, anda sungguh lebih baik berhati-hati.”

Kebebasan berinternet memang bagian tak terpisahkan dari idealisme Anonymous. Ketika Kongres dan Senat AS disibukkan dengan RUU kembar soal penyensoran internet, PIPA dan SOPA awal tahu ini, Anonymous  tidak tinggal diam. Dalam sebuah serangan terkordinasi, situs-situs FBI, Departemen Kehakiman AS (DOJ) dan beberapa situs industri hiburan yang dianggap mendukung upaya aturan anti-pembajakan, dibobol dan dimatikan.  Selain alasan anti-pembajakan, serangan ini sekaligus tindak balasan ataspenutupan Megaupload oleh FBI.

Grup peretas mengklaim itu ialah serangan terbesar yang pernah ada dengan melibatkan 5.635 hacker. Tak hanya  FBI, DOJ, situs Industri Rekaman Amerika (RIAA) dan Asosiasi Distributor Film Amerika (MPAA), situs Universal Music dan BMI.com juga ikut dihajar.

Berbicara soal plot serangan, Anonymous tak lagi menggunakan forum 
4Chanketika merencanakan operasi.. Mereka memilih fasilitas lebih umum seperti IRC chanel, macam #anonops, realtime text editor Piratepad.net, Mibbit  atau realtime text editor Etherpad. Karena itu non-anggota bahkan orang awam bisa ikut melihat isi pembicaraan mereka.

Ada tiga taktik yang menjadi andalan Anonymous, pertama mengacak-acak dan merusak tampilan situs dan kedua melakukan serangan 
distribution denial of service (DDoS). Analoginya, bila kantor hanya memiliki satu sambungan telepon lalu dikontak oleh seratus orang bersamaan, dijamin, telpon tak bisa keluar atau menerima karena efek bottle-neck.
Biasanya, peretas membuat software yang mampu membanjiri sebuah situs dengan permintaan masif hingga membuat target lumpuh. Terakhir, memiliki bobot paling besar dalam seluruh aktivitas hacker, pencurian data.



Serangan yang pernah dilancarkan tak melulu adu otot dengan aparat dan korporat besar, Anonymous juga pernah melakukan serangan yang mendapat pujian yakni Operasi Darknet yang dieksekusi pada Oktober 2011. Operasi itu menarget situs-situs pedofil bersembunyi di Deep Web, situs-situs gelap yang dianalogikan terletak di bagian paling dasar sebuah gunung es. 

Situs macam ini tak bisa ditemukan di pencarian aman ala Google. Untuk bisa mengakses pengguna harus menginstal program TOR (
The Onion Router) baru bisa mencapai ke lapisan dasar tersebut. Di sana beragam situs berisi konten pemerkosaan, pedofil, transaksi narkoba dan aktivitas ilegal lainnya bisa ditemukan.

Sasaran Operasi Darknet ialah situs Lolita City, sarang dunia maya tempat pedofil bertukar materi pornografi anak. Dalam operasi itu Anonymous berhasil mencuri 1.500 data pengguna, mulai username, kata sandi, alamat surat elektronik dan nomor telepon. Hasil buruan tadi diserahkan oleh Anonymous kepada FBI.. Khusus serangan ini, Anonymous dianggap telah melakukan layanan publik positif.

Hacker putih? Hmm tidak juga. Meski diapresiasi, saat di forum 
4chan, para anon--sebutan anggota Anonymous, juga menikmati materi pornografi karena pada dasarnya forum itu adalah forum porno. Dalihnya, bila  pornografi anak, Anonymous sangat keberatan, tapi sebaliknya bila itu pornografi dewasa, mengapa tidak.

Anonymous : Bukan Sosok, Melainkan Ide



Nama Anonymous kian moncer lagi setelah mereka menyatakan dukungan terhadap gerakan anti-kapitalisme yang muncul lewat demonstrasi 
‘Occupy Wallstreet’.  Aksi unjuk rasa itu sebenarnya dimotori oleh sejumlah LSM yang merasa muak dengan ketamakan dan kerakusan Wall Street. 

Mereka menganggap Wall Street sebagai biang kerok krisis 2008, kehancuran demokrasi dan kesenjangan mencolok antara kelompok miskin dan kaya.  Anonymous menyeru kepada anggotanya untuk ikut membeking aksi tersebut. Lewat forum chat mereka memobilisasi komunitasnya untuk ikut turun ke jalan

Gerakan yang berlangsung selama lima bulan itu meluas ke kota-kota dan negara lain. Tercatat ada demonstrasi serupa di 92 kota di 82 negara, seperti di Inggris, Jerman hingga Korea Selatan. Saat aksi berlangsung, simbol yang kian mengukuhkan keanoniman grup Anonymous, yakni topeng Guy Fawkes, menjadi semakin terkenal pula.

Topeng yang diambil dari film V for Vendetta (2005) ini sudah digunakan Anonymous sejak 2008. Namun setelah Occupy Wallstreet topeng itu semakin tersohor. Terlebih simbol itu cocok untuk menggambarkan ideologi yang diusung Anonymous. Begitu terkenal hingga muncul dugaan jika Warner Bross, pemilik lisensi topeng itu mendukung gerakan Occupy Wall Street.



Tentu saja tidak. Anonymous anti korporat dan Warner Bross ialah korporat yang ikut dihantam dalam operasi balasan Megaupload. Perlu diketahui, sebagian besar topeng-topeng Guy Fawkes itu bukan versi asli, melainkan bajakan yang dibuat di Cina lantas diekspor ke Amerika. Lagi pula untuk versi bajakan mereka cukup membayar 2 dolar, sedangkan untuk topeng resmi harus merogoh dulu hingga 50 dolar. Mana mungkin mereka mau membeli produk Warner.

Aksi itu juga mendorong duet penulis dan seniman pengkreasi V for Vendetta, Allan More dan David Lloyd  untuk melempakan dukungan terhadap Occupy, gerakan yang diinspirasi pula dari filosofi anti-totalitarian dalam novel grafis karya More-Lloyd

Setelah 30 tahun sejak novel grafis itu terbit, Moore berkontribusi membuat prosa panjang, kemungkinan besar dengan ilustrasi untuk proyek Komik Occupy. Tulisannya akan mengeksplorasi prinsip gerakan Occupy, kontrol korporat dalam industri komik dan paradigma superhero itu sendiri. Sementara Lloyd meneken proyek Komik Occupy untuk menghasilkan komik edisi tunggal dan dimasukkan dalam kompilasi versi hardcover dengan komik-komik lain.

‘Cukup adil untuk mengatakan bahwa Alan Moore dan David Lloyd ialah godfather tak resmi dari gerakan protes saat ini,” ujar Halo-8 dan pengorganisir Komik Occupy, Matt Pizzolo. “Benar-benar mengagumkan melihat dua manusia kreatif yang karyanya menginspirasi hingga ke jalanan, bergabung dalam proyek kreatif yang diinspirasi demonstran jalanan. Sungguh lingkaran yang gamblang.”

Sosok itu Bernama Ide


Mengapa harus bertopeng? “Tidak ada kepemimpinan, kami tidak memiliki nama, kami satu suara, karena itu kami tidak menunjukkan wajah” satu lagi bunyi pernyataan yang muncul dari sosol lain yang juga bertopeng Guy Fawkes dalam film dokumenter, “We are Legion: The Story of Hactivism”. Grup Anonymous, seperti namanya memang tidak mewakili indidvidu tertentu. 

Dunia peretas telah berubah, Dulu di era 1980-an hingga 1990-an, klub peretas masih menjadi kelompok elit. Butuh persetujuan anggota lain bila ingin bergabung. Setiap klub pun memiliki pemimpin dan struktur organisasi yang jelas

Beberapa yang sempat merajai dunia komputer bawah tanah ialah Master of Deception, Legion of Doom, Knight of Shadow. Tiga klub yang dianggap terkuat di Amerika Serikat itu pun memiliki keanggotaan tak sampai 20 dan saling mengenal satu sama lain.

Kini memang masih ada nama-nama beken lain yang tetap dihormati di kalangan para peretas seperti Cult of the Dead Cow, Chaos Computer Club, Hispahack dan Phrack. Namun bila dibandingkan dengan legiun anonim dan skala aktivitas yang mereka lakukan, era ini adalah milik Anonymous.

Salah satu sumber yang mengidentifikasikan diri Housh Housh, mengatakan Anonymous tidak memiliki struktur perintah dan tidak ada juru bicara. Tapi mereka memiliki beberapa disiplin kolektif. Hous mengaku hanya memantau aktivitas Anonymous dan tidak turut dalam serangan terkait WikiLeaks.

"Secara kasat mata, Anonymous tidak ada. Mereka tidak punya anggota tetap," katanya. Mereka biasanya berkumpul dalam sebuah portal tertentu. Jika ada seruan "Mari kita mulai menyerang" dan mendapat dukungan mayoritas dalam portal itu--dalam jumlah signifikan bergantung skala serangan--maka mereka mulai menyusun rencana operasi. Namun sebagian besar orang yang hadir di portal memutuskan--pada waktu itu-- serangan dan target yang dimaksud tak sesuai tujuan, maka operasi urung dijalankan. 

Dengan bentuk cara kerja seperti itu, tak mengherankan bila mereka memilih simbol dengan  menggunakan topeng Guy Fawkes, tokoh yang tewas digantung pada 1605 setelah gagal melakukan percobaan peledakan terhadap gedung parlemen Inggris. Aksi Guy saat itu didorong sikap raja Inggris saat itu, King James yang menindas agama Katholik.

Alasan itu kian kuat ketika sosok itu hidup lagi dalam  karakter V kreasi Allan More, dalam novel grafis ‘V for Vendetta,. Namun kebangkitan Fawkes bukan sebagai tokoh, melainkan idealismenya, ruh yang menjiwai perlawanan V.

Bila anda sempat menyaksikan film tersebut, maka anda tak bisa meyakini apakah V seorang hero ataukah antihero.Begitu pula Guy Fawkes yang berniat meledakkan gedung parlemen Inggris, ketika pemerintah  tiran terhadap Katholik, apakah keputusan meledakan bangunan bisa dibenarkan atau tidak, butuh diskusi panjang.

Selain kontradiksi tadi, kecocokan lain dengan sosok V ialah, hingga akhir cerita karakter tersebut tak pernah menanggalkan topengnya. Tak pernah diketahui siapa dia dan seperti apa wajahnya, begitu pula dalam versi novel grafisnya. Sosok dan ketokohan bukan hal penting di sini melainkan gagasan tentang perjuangan melawan kekuatan tiran. 

Konsep itu diterjemahkan apik dalam adegan di mana V berhadapan dengan musuhnya, Peter Creedy, petinggi rezim fasis Inggris bersama anak buahnya yang masing-masing mengacungkan senjata, dalam sebuah gorong-gorong gelap. Dalam pertarungan terakhirnya ia menghabisi Creedy yang sempat mengejek dan menepis kemungkinan V bisa menyerang balik setelah diberondong peluru. Sebelum membunuh, V berujar, 
“Dibalik Topeng ini tak hanya sekadar daging. Dibalik topeng ini ada ide, Mr Creedy, dan semua ide kebal peluru."
 
Karakter V dalam film 'V for Vendetta'


Anonymous : Musuh & Kontroversi

Lawan nomor satu Anonymous jelas aparat hukum dan grup ini bukanya tidak terjamah oleh hukum. Awal maret lalu grup ini mendapat pukulan setelah anggota sub grup komunitas, LulzSec yang diciduk oleh FBI Juni lalu dipaksa untuk bekerjasama

Sabu, julukan peretas LulzSec, Anti-Sec sekaligus anggota komunitas lebih luas, Anonymous, yang ditangkap adalah seorang pengangguran sekaligus ayah dua anak yang tinggal di New York, bernama Hector Monsegnur.  Setelah diancam anaknya akan diambil oleh negara dan ia dilarang bertemu mereka seumur hidup serta kemungkinan dipenjara 124 tahun, Monsegnur bersedia bekerjasama dengan mengungkap nama-nama peretas lain

Sebagai hasil, sejumlah peretas berpangkat perwira tinggi di LulzSec ditangkap. Mereka adalah Ryan Ackroyd, alias “Kayla” dan Jake Davis, alias “Topiary,” keduanya dari London; lalu Darren Martyn, alias “pwnsauce” dan Donncha O’Cearrbhail, alias “palladium,”dua-duanya dari Irlandia; dan Jeremy Hammond alias “Anarchaos,” asal Chicago.

“Penangkapan ini menghancurkan organisasi,” klaim seorang petugas FBI yang terlibat dalam penyelidikan. “Kami memenggal kepala LulzSec.”

Selama beberapa tahun Monsegnur sebagai Sabu dianggap sebagai anggota paling mencolok dan vokal dari satu sayap Anonymous. Ia dikenal luas sebagai arsitek sejumlah serangan kakap yang diluncurkan LulSec bekerjasama dengan Anti-Sec dengan tajuk “50 Days of Lulz” pada 2011. Tujuan serangan ialah menyerang keamanan online perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah AS.



Insiden itu pun menimbulkan pertanyaan. Akankah Anonymous bertahan? Mau tak mau peristiwa menimbulkan pengaruh nyata bagi aktivitas Anonymous sekaligus tidak mudah bagi grup karena mereka kehilangan beberapa sosok yang memiliki kombinasi hasrat menyerang dan kemampuan teknis tinggi untuk terlibat dalam operasi. 

Tetapi sepertinya, insiden itu tak terlalu melambatkan mereka. Bahkan ketika ‘pengkhianatan’ Sabu terungkap dengan membeberkan informasi para anggotanya, Anonymous masih sibuk meretas situs Panda Security.

Sepanjang bukan sosok yang menjadi acuan, maka ide tak pernah mati dan kebal peluru. Kini muncul lagi, dalam salah kanal IRC Anonymous, muncul sub-kanal#rebuildLulzSec, dengan orang-orang baru dan tentu dengan target baru untuk diserang.

Anonymous tak hanya berhadapan dengan aparat, ada pula peretas lain yang membenci kehadiran legiun tanpa nama itu. Salah satunya  th3j35t3r (the jetster). Menggunakan analogi Kota Gotham Digital dengan penjara kesohor Arkham Asylum, pengamat peretas, Scot Terban, menyebut jetster layaknya sosok yang ingin menjadi Batman hingga menyaru dengan memakai kostumnya.

Karena hanya sekadar Batman Wannabe, Jester, dianggap gagal menghadirkan perubahan nyata dalam peperangan ini. Semua upaya yang ia lakukan tidak memberi kontribusi 

Beberapa kali Jester membuat klaim bahwa ia telah melakukan sesuatu setelah melihat kameradnya sekarat di tangan Jihadis. Ia juga melontarkan pernyataan yang sama ketika menyerang Anonymous saat grup itu menyasar sejumlah data yang berpotensi membahayakan.

Motivasi Jester, menurut Scott, masih berbau narsisisme, mencari perhatian media seperti yang pernah ia dapat di masa lalu. Alih-alih menetralkan Anonymous, ia ikut menjadi bagian dari masalah .

Masih menggunakan analogi Batman, Scott menyebut , LulzSec laiknya, 'The Riddler'. Sempalan Anonymous ini, ujar Scott muncul karena beberapa anon menganggap konstruksi moral dan etos Anonymous lemah. Tak puas hanya menjadi prankster, mereka ingin menunjukkan pada siapa pun bahwa mereka lebih cerdas dan bisa lolos dari hukum. Namun anggapan itu tak terbukti.

Jangan salah, memang tak semua orang suka dengan keberadaan Anonymous, apalagi gagasan yang mereka bawa lebih mengarah pada ketidakpatuhan sipil dan chaotic freedom (We Are The Legion, The Story of Hactivism). Alhasil mereka kerap dipojokkan sebagai kelompok yang dibenci sekaligus disukai.

Anonymous mengandalkan terutama tiga taktik: perusakan situs, melakukan serangan distribution denial of service (DDoS/serbuan  yang membuat situs menolak beroperasi ) dan pencurian data. Semua ini ilegal. Dua yang pertama nyata-nyata melanggar kebebasan berbicara dan yang ketiga jelas kejahatan siber. Beberapa anon mengklaim bahwa DDoS ialah bentuk ketidaktaatan sipil semata, namun menurut Oxblood Ruffin, anggota Cult of the Dead Cow sekaligus pencetus Hacktivisme, pernyataan itu sulit ditelan.

Anonymous dan penirunya, ujarnya, bertanggung jawab atas tren berlebihan di spoionasi siber. Umumnya data yang dicuri dilakukan oleh pemerintah atau korporasi dan pernah dipublikasikan. Namun tidak dengan Anonymous. Beberapa konsumen kadang menyaksikan kartu kredit mereka dibobol dan data mereka diungkap ke publik. Jadi, gerakan mereka bukanya tanpa korban tak berdosa sama sekali.



“Memang tidak adil hanya menyalahkan Anonymous sepenuhnya. Ia hanya bagian dari masalah. Namun Anonymous harus menerima apabila disalahkan terhadap situasi hak privasi online yang kian amburadul," tegas Oxblood.
“Hacktivis dan hactivisme sesungguhnya selalu menjaga agar operasi tidak membuat gusar banyak pihak," imbuhnya. Meski Anonymous lebih terdisentralisasi  ketimbang model pereteas oldschool, ujarnya, tidak ada alasan mereka tak memiliki disiplin

“Jika benar kita berada dalam perang, seperti yang kerap dikatakan, maka kita harus menerima aturan main. Ada alasan mengapa Konvensi Jenewa lahir. Hacktivis harus sangat berhati-hati dalam memilih taktik yang akan digunakan. 


http://www.satumedia.info/2012/04/anonymous-inside-stories.html#.URtgPqXC1bE

0 komentar:

Posting Komentar