Dunia sudah semakin
tua, berbagai fenomena alam seperti bencana yang dating silih bergati, cuaca
ekstrim, perubahan iklim yang tidak menentu, hujan yang disertai angin, banji8r
yang melanda, itu semua mengindikasikan
adnya ketidak seimbangan alam yang sudah akut, ketidak seimbangan alam tidak
lain disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri, eksploitas alam yang tidak
di imbangi oleh antisipasi dan upaya perbaikan. Penebangan hutan dan pembakaran
liar yang membabi buta tidak disertai dengan
pemerajaan hutan kembali, seiring populasi manusia yang semaki
berkembang pesat, tumbuh suburnya berbagai industry yang memproduksi berbagai
zat-zat karbon yang berbahaya dapat mengancam lapisan ozom.
Betapa besar nafsu dan
keserakahan manusia yang ingin menundukkan alam demimgala tuntutan jasmani dan
memperkay diri dengan mengenyampingkan pembangunan akhlak, moral, mental dan
spiritual manusia.
Seharusnya setiap
individu ikut berperan aktif dalam menjaga dan memelihara alam. Bukankah
membangun itu lebih baik dari pada merusak? Dan jika kita membangun kebaikan
pasti akan membawa keberuntungan. Ketika moral dikesampingkan maka akan ada
yang salah dalam upaya pemeliharaan alam ini. Dampaknya adalah terjadinya
musibah, seperti banjir, tanah longsor, dehabrasi, kebakaran dan lain
sebagainya. Secara ilmiah Al-Quran menegaskan dalam surat Ar Ruum ayat 41,
bahwa semua bencana itu terjadi disebabkan karena perubahan manusia sendiri.
“
Telah Nampak kerusakan di di darat dan di laut disebabkan karna perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalalan yang benar)”.
Sebagai umat beragama,
tentunya kita tidak melihat fenomena alam hanya dari sisi ilmiahnya saja,
melainkan kita juga melihat dari sudut teologisnya, apa maksud dan rencana
Allah SWT menimpakan musibah kepada ummatnya? Terjadinya bencana atau musibah,
dalam berspektif Islam terbagi menjadi tiga kategori, yakni musibah sebagai
ujian, teguran dan sebagai adzab dari Allah SWT.
Pertama : Musibah
sebagai ujian, ini tentu ditujukan kepada orang-orang yang beriman dan taat
beribadah. Para Nabi, sahabat, ulama dan para mujahid dalam mendahwakan Islam
selalu ada halangan dan rintangan, itu semua merupakan ujian daroi Allah SWT.
Semaki tinggi imam seseorang, maka semakin berat juga ujian yang diberikan
Allah SWT, firman-Nya dalam Al-Quran surat Al baqarah ayat 155 :
“
Dan kami pasti akan menguji kamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang besar”.
Siapakah orang-orang
yang sabar menurut ayat di atas? Ialah orang yang sabar dalam menghadapi ujian.
Dalam ayat selanjutnya surah Al Baqarah ayat 156: “ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpah musibah, mereka mengucapkan
: “ Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun ”. Artinya: Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”. Kalimat ini dinamakan
kalimat istirjaa’ (pernyataan kembali
kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar
maupun kecil.
Kedua : Musibah sebagai
teguran atau peringatan, yang diberikan kepada orang yang briman tetapi dial
alai yang akhirnya dia melakukan dosa, sehingga Allah SWT memberikan tegura
berupa musibah atau bencana agar dia menyadari kesalahannya lalu bertaubat dan
kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Ketiga : Musibah
sebagai adzab, yaitu balasan Dario perbuatan dosa yang telah dilakukan. Musibah
ini di timpakan kepada orang-orang ahli maksiat, yang hanya menuruti hawa
nafsunya, mereka tidak mempedulikan peringatan dari ayat-ayat Allah SWT, juka
nsehat dari orang lain. Akhirnya Allah SWT menimpakan adzab bagi mereka,
seperti umat-umat terdahulu, kaum Samud,’Aad, Saba, dan kaum pendurhakalainnya.
Diantara ayat-ayat yang di timpakan umat terdahulu adalah :
“ Maka kami
kirimkan kepada mereka topan, belalang,
kutu dan darah (air minum mereka berubah menjadi darah) sebagai bukti yang
jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang
berdosa. Maka setelah kamihilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu
yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian kami
menghukum mereka, dengan kami tenggelamkan mereka dilaut disebabkan mereka
mendustakan ayat-ayat kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat kami itu.”(QS. Al A’raaf ayat: 133. 135. 136).
Itulah balasan yang
diberikan Allah SWT kepada kaum yang durhaka, padahal peringatan demi
peringatan sudah diberikan, tetapi mereka tetap tidak menghiraukannya. Nauzdubillahi min zalik
0 komentar:
Posting Komentar